Rainy Days & Mondays Always Get Me Down
Monday, February 27, 2023Sudah lama sekali aku tidak menengok blog ini, rasanya rindu, tapi agak sedih karena aku kembali dengan tulisan ini di situasi dan kondisi yang sangat kalut bagiku. Aku ingin meminta maaf pada blog ini yang rasanya hanya aku kunjungi disaat aku merasa kesepian. Terdengar jahat sekaligus menyedihkan bukan? iya, nyatanya aku memang bukan orang baik.
***
Hari ini, hujan besar sekali sedari Jumat kemarin. Pagi harinya aku berangkat kerja diboncengi Rezy dengan motor kuningnya yang sudah biasa mengantar kami selama 6 tahun terakhir. Sialnya, lalu lintas pagi ini sangat membuatku muak dengan Jakarta; banjir, macet, dan jam masuk kantor yang sangat tidak pengertian dengan lalu lintas Jakarta. Awalnya aku kira hari ini aku akan telat masuk kantor (dan gagal mendapatkan bonus kerajinan), tapi ternyata Tuhan masih memberiku kesempatan.
Seperti hari-hari sebelumnya, setibanya aku di meja kerjaku, aku langsung mengganti sendal gunung yang kugunakan dengan sneakers hitam polos yang kadang terlihat lusuh, tapi kadang juga terlihat kokoh dan stylish tergantung bagaimana mood-ku saat itu. Disaat mood-ku sedang bagus, aku selalu bangun lebih awal, lalu masak bekal untuk sarapan dan makan siangku di kantor, pilih-pilih baju yang akan aku setrika (yang biasanya memakan waktu paling lama), lalu mandi dan terakhir berangkat ke ujung gang dimana ojek pangkalan langgananku berada. Oiya, sebelum berangkat, aku terlebih dahulu menuang dry food ke mangkok makanan kucingku. Lantas bagaimana saat mood-ku sedang tidak bagus? aku akan bangun lebih siang, kadang aku juga memutuskan untuk tidak masak bekal, lalu aku akan memilih baju apapun yang tanpa disetrika tampilannya tidak kusut, aku mandi, lalu meninggalkan rumah dengan terburu-buru tanpa sempat menuang dry food ke mangkok makanan kucingku. Rasanya disaat mood-ku tidak bagus, waktu di perjalanan menuju kantor terasa sangat cepat hingga aku tidak peduli dengan apapun yang ada di sekitarku dan yang aku lakukan hanya berlari secepat mungkin, tetapi saat aku di kantor, waktu terasa sangat lama.
Hari ini, mood-ku sedang tidak bagus. Semua ini gara-gara semalam aku makan 2 bungkus Indomie dengan 3 cabai rawit yang digeprek. Sedari malam, aku terus-terusan merasa nyeri di perutku dan berujung dengan diare yang berlangsung sampai pagi. Pikirku, sesampainya di kantor, diare tersebut akan hilang karena aku sudah minum 2 tablet Diatab pemberian teman kantorku, nyatanya aku malah makin kesakitan karena bukan diarenya yang menyiksa, tapi ambeien yang sudah berada di tubuhku sejak aku masih di bangku SMA ini. Akhirnya, aku memutuskan untuk pulang lebih cepat dan langsung menuju klinik yang biasa aku datangi... lalu... muncul kata yang sangat aku takuti; operasi. Bukan proses operasinya yang membuatku takut, tapi proses pemulihannya. Bagaimana kalau nanti proses pemulihannya lebih lama dari yang diperkirakan? aku akan diopname berapa lama? lalu bagaimana dengan kerjaanku di kantor? apa yang teman-teman kantorku pikirkan jika aku tidak masuk kerja berhari-hari? rasanya aku tidak enak hati untuk melimpahkan segala tanggung jawabku di kantor kepada teman kantorku yang jarang sekali tidak masuk kerja. Selain itu, membayangkan diriku yang terbaring kesakitan setelah obat biusnya habispun membuatku merasa ngilu dan meringis. Aku enggak yakin bisa melewati masa-masa pemulihan tersebut sendirian. "lalu mau bagaimana? memang kenyataannya kamu harus bisa melewati semuanya sendirian toh?", kataku kepada diriku sendiri.
Sebenarnya, aku enggak benar-benar sendirian. Aku tinggal bersama kakak ketiga dan keponakanku di rumah orang tuaku, lalu aku masih punya abang dan kakak yang keempat, terlebih lagi aku masih punya Rezy yang selalu berada di sampingku entah sampai kapan. Tapi memang keberadaan ibuku enggak bisa digantikan oleh apapun dan siapapun. Cuma ibuku yang berani melakukan dan merelakan apapun demi aku, anak bungsunya. Kakak-kakakku? mereka sudah punya kehidupan sendiri, keluarga kecil yang harus mereka hidupi. Lalu, Rezy? dia punya mimpi besar yang harus dia capai sebelum akhirnya bisa hidup bersamaku selamanya dan aku enggak mau mimpi itu terhalangi olehku.
Tinggal sisa beberapa jam lagi untuk aku berpikir apakah operasi sebuah keputusan yang tepat untuk situasi dan kondisi yang sedang aku alami, sebelum Rezy mengantarku kembali ke klinik.
Aku harap, apapun keputusanku setelah ini, aku dapat melanjutkan hidupku di dunia dengan bahagia.
0 comments