Kalimat itu adalah salah satu kalimat yang paling aku rindukan selama tiga tahun terakhir ini. Kalimat yang hanya bisa diutarakan oleh Mama.

Dari dulu, aku selalu merasa hari ulang tahun itu sama saja seperti hari yang lain, karena memang  keluargaku bukan tipe yang merayakan hari ulang tahun, selain itu, aku juga merasa hari ulang tahun selama 24 jam itu terasa sangat singkat untuk dikatakan sebagai hari yang spesial. Meskipun begitu, hari ulang tahunku tetap terasa lengkap dan menyenangkan.

Biasanya, pagi hari akan diawali dengan Papa dan Mama yang mencium keningku sambil mengucapkan selamat ulang tahun, diikuti dengan do'a-do'a yang mereka harap akan terwujud, lalu Mama akan menanyakan makanan apa yang ingin aku makan di hari itu, karena ia adalah "Ratu Masak" di keluarga ini yang siap dengan permintaan masakan apapun. Biasanya, aku akan meminta dimasakkan tumis daging paprika hijau, atau sayur asem dengan tumis udang rebon yang dimasak dengan tomat hijau yang banyak, atau nasi goreng kornet dengan dua telur ceplok di atasnya. Entah kenapa, sesederhana apapun masakan beliau, rasanya selalu jauh dari kata "sederhana". Jika aku bisa memutar waktu dan kembali ke masa itu, aku akan sering ikut memasak bersama Mama, hingga aku mendapatkan julukan "Ratu Masak Kedua" di keluarga ini.

Kalaupun aku tidak bisa kembali ke masa itu, sepertinya Mamaku akan berbangga hati melihat aku yang saat ini berusia 25 tahun sudah pandai memasak untuk diriku sendiri dan membayar segala keperluan sehari-hariku menggunakan gajiku sendiri. Namun, apakah beliau akan bangga dengan aku yang setiap hari mempertanyakan jalan hidup yang aku alami?

Mungkin, saat ini orang-orang menilai aku sebagai perempuan yang mandiri, perempuan yang hebat, perempuan yang sederhana, dan julukan-julukan lain yang sebenarnya adalah hal yang terpaksa aku jalani. Karena.. sejujurnya aku sangat rindu menjalani kehidupan yang "serba cukup" bersama kedua orang tuaku.