­

Kita #4: Kisah Dari Selatan Jakarta

Saturday, December 10, 2016

Pagi itu hujan rintik-rintik. Seakan akan tidak mengizinkan kita untuk berjumpa kembali. Kita menginginkan ia pergi, dan benar! Ia pergi juga akhirnya. Terpendam rasa rindu yang terus memberontak, aku terus menghubungimu sampai akhirnya, pagi itu, kamu ada di depan rumah. Masih dengan tingkah lakumu, masih dengan kemeja putihmu, juga dengan vespa putih yang sudah terbiasa membawa kita akhir-akhir ini.

Aku suka melihat tingkahmu. Sederhana. Tapi membuat bahagia.

Bersama udara sejuk yang perlahan menghilang dikalahkan sinar matahari, kita terus menyusuri jalan dengan obrolan-obrolan sederhana. Entah kenapa salah satu kedai kopi yang tempatnya persis di depan rumah sakit berestetika di bilangan Menteng jadi pilihan kita kembali kala itu. Tapi kali itu aku gak pesan Toraja, kamu juga gak pesan Sumatera. Dan itu pertama kalinya kita minum kopi bersama di minggu pagi.

Kali itu kegiatan melepas rindu kita gak dihabiskan di kedai kopi, tapi malah pindah haluan ke sebuah gedung di bilangan Pasar Minggu disebabkan oleh sebuah alasan “Ada karya temen gue disitu”.
 Sepanjang perjalanan kita gak terlalu banyak bicara, entah kenapa. Kamu merebahkan kepalamu di pundakku. Ku juga merebahkan kepalaku di kepalamu.

Banyak obrolan-obrolan sederhana yang terlontar selagi menerka-nerka makna dari berbagai karya seni yang dipamerkan di gedung itu. Aku tertawa.

Tidak banyak hal yang kita lakukan, tapi ada banyak hal yang ku suka dari “melepas rindu” kala itu. Meskipun hujan kembali menghampiri kita, angin kencang yang seakan mengusir kita pun begitu. Untung tidak berlangsung lama, sehingga kita dapat berlama-lama melepas rindu. Pepohonan yang basah, bau tanah yang diguyur hujan, juga semilir angin semakin membuat kita lupa bahwa besok kita masih bisa bertemu. Gamau. Aku mau sama kamu sampai aku disuruh pulang. Akhirnya kita terus duduk berdua ditemani dengan candaan-candaanmu yang khas yang aku tau, kamu dan candaanmu akan terus begitu.

  


Terimakasih karena aku jadi tau gimana rasanya kehujanan bareng kamu, vespa, dan kebahagiaan kita.
Lensed by Rezy Junio & Me // Taken at Salihara, South Jakarta

You Might Also Like

2 comments

  1. Post ini terasa begitu pribadi sampai rasanya ngga tahu baiknya tinggalkan komentar apa ngga.
    Tapi tulisan yg indah dan penuh perasaan serta foto-foto melankolis yang menemani, ingin rasanya aku puji.
    Terima kasih atas postingan ini dan salam kenal!

    -Bivi
    Alive as Always

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi Bivi, salam kenal juga
      Terimakasih banyak ya :)

      Delete

Favorite Books

  • Hujan Bulan Juni by Sapardi Djoko Damono
  • Kota Ini Kembang Api by Gratiagusti Chananya Rompas
  • Imaginary City by Rain Chudori
  • The 13th Curses by Michelle Harrison

Contact

Name

Email *

Message *

Subscribe